REALITAS SOSIAL DI INDONESIA
Indonesia adalah Negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia. Kehidupan beragam,a pada tataran ritual dengan segala sarana dan prasarana seperti masjid, majlis ta’lim, madrasah dan perayaan-perayaan hari besar, serta upacara keagamaan Islam. Hal ini menunjukkan tingkat perkembangan yang sangat pesat. Demikian pula jamaah haji Indonesia tahun ini tercatat yang terbesar di antara Negara-negara Muslim di dunia, dengan biaya perjalanan relatif paling mahal.
Namun demikian, realitas social dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara rata-rata menunjukkan prestasi yang secara keseluruhan sangat mengecewakan. Apalagi semarak kehidupan beragama yang cukup besar sama sekali tidak punya korelasi positif terhadap peningkatan kualitas akhlak dan moralitas umat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Selanjutnya, ketimpangan sosial antar kelompok yang kuat dan yang sangat kecil jumlahnya dengan mayoritas terbesar masyarakat dari tahun ke tahun semakin menajam. Sikap seperti ini adalah suatu konflik horizontal dan kekerasan antar kelompok dengan latar belakang kesukuan, agama, dan etnis merupakan bukti ketimpangan sosial.
Dalam bidang pengelolaan pembangunan dan sumber daya alam juga terjadi hal yang tidak kalah buruknya. Di samping salah urus dan inefisiensi dengan tingkat rata-rata 30% dihampir semua sektor. Indonesia masih terus menduduki peringkat teratas di Asia dan ketiga di dunia dalam bidang korupsi. Korupsi telah mengakar kuat pada budaya bangsa Indonesia. Ironisnya mereka yang melakukan adalah orang-orang dan pemimpin yang mengaku taat beragama. Mengapa?. Uang Negara yang pada hakikatnya bersumber dari keringat rakyat dan dari pengelolaan alam dan bumi Allah dimata penguasa tidak lebih dari harta “tak bertuan”. Atau bahkan harta mereka sendiri karena mereka adalah pihak yang merasa berhak mengatasnamakan “Negara”.
Mengapa semua pejabat bersikap demikian? Karena mereka sebagai personifikasi kuasa Negara hamper semua pejabat atau penguasa “berhak” mengungkapkan wewenang yang ada ditangannya untuk menjarah uang nagara sebanyak yang mereka bias. Jadi, itu semua terjadi dari hari ke hari dari semua level dan semua lini sebagai suatu yang dianggap biasa dan tanpa perasaan berdosa baik terhadap Tuhan maupun terhadap rakyatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar