Jumat, 06 November 2009

ANAK JALANAN

MENGAMEN DI JALANAN LEBIH MENARIK BAGI ANAK KETIMBANG BERSEKOLAH

Bisingnya derung mesin kendaraan dan debu yang menyesakkan dada seakan sudah menjadi sahabat bagi para pengamen. Jalanan, menjadi ruangan belajar dan bermain bagi mereka. Para pengamen itu adalah contoh dari sekian banyak anak usia sekolah yang terpaksa hidup di jalanan untuk mencari sesuap nasi. Padahal, besar keinginan mereka untuk dapat mengenyam pendidikan. "jangankan untuk sekolah untuk makan saja susah", kata remaja yang seharusnya sekarang sudah duduk di kelas II SMA itu.
Mereka ingin sekali kembali ke masa saat ia masih berusia SD. Pasalnya, saat ini pemerintah menyelenggarakan sekolah gratis untuk SD dan SMP. Kendati demikian, mereka bersyukur karena sekolah gratis bisa di rasakan oleh sebagian dari mereka. Namun sayang, mereka lebih menyukai hidup di jalanan.
Dorongan untuk tetap turun ke jalan memang sulit dibendung. Anak-anak jalanan menempatkan diri mereka seolah-olah berkewajiban untuk mencari nafkah. Padahal kewajiban mereka yang lebih utama adalah belajar.
Sebagai solusi, agar pihak sekolah terus mendampingi anak didiknya yang turun ke jalan. Sementara itu sekolah gratis cenderung menjadikan orang tua siswa menjadi kurang bertanggung jawab terhadap pentingnya pendidikan bagi anak mereka. Karena tidak membayar mereka menyerahkan anak sepenuhnya kepada pihak sekolah.
Menurut Alva, kecenderungan anak sekolah (terutama usia SD) turun ke jalan memang wajar. Hal ini terkait dengan pemikiran kognitif anak seusia itu yang masih belum sempurna.
Hal ini bisa dicegah jika guru bisa membuat kegiatan belajar-mengajar di sekolah menjadi lebih menarik. Apapun alasan dan latar belakang yang dikemukakan, jalanan bukanlah tempat yang layak untuk seorang anak usia sekolah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar